Menurutpara ahli : Darusuprapta (2002:5) aksara pokok mempunyai aksara, yang berfungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup wignyan, layar, dan cecak. aksara pokok. Berikut ini adalah aksara Jawa pokok atau aksara Nglegena beserta pasangannya:Pitutur Jawa yang berbunyi "Ajining Diri Soko Lathi Ajining Rogo Soko Busono" yang secara lengkap sebenarnya berbunyi "Ajining Diri Dumunung Ana ing Lathi, Ajining Raga Dumunung Saka Busana" atau ;"Ajining Diri Dumunung Ana ing Lathi, Ajining Raga Ana ing Busana"Peribahasa tersebut artinya, “nilai diri terletak di mulut, nilai fisik terletak pada pakaian”.Petuah ini mengenai nilai diri setiap orang. Di dalamnya, disebutkan Ajining diri dumunung ana ing lathi artinya bahwa nilai diri terletak di mulut. Artinya, salah satu hal yang menyebabkan seseorang bisa memiliki nilai atau dihargai dan dihormati, yaitu melalui kepandaian menjaga mulut atau ucapannya, seperti tidak berbohong, tidak menghina, tidak berkata kasar, dan jika seseorang tidak bisa menjaga mulut, sehingga setiap ucapan yang dikeluarkan menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain, maka ia sama saja dengan menghancurkan nilai dan martabat dirinya mulut, seperti halnya tidak berbohong, tidak menghina orang lain, serta tidak membicarakan aib dan kejelekan orang lain, adalah sikap yang dapat membuat seseorang jadi bernilai. Itulah maksud dari petuah ajining diri dumunung ana ing itu, dalam petuah di atas juga disebutkan Ajining Raga Ana ing Busana artinya, bahwa nilai fisik atau nilai badan terletak pada pakaian. Petuah ini mengandung dua tafsir. Pertama, merupakan semacam peringatan agar seseorang menjaga atau menutupi auratnya dengan mengenakan pakaian yang seseorang tidak peduli kepada auratnya sendiri dan membiarkannya tidak ditutupi dengan pakaian-pakaian yang pantas, tentu akan berpotensi mengundang pandangan negatif dari orang lain yang melihatnya. Pandangan negatif inilah yang dianggap sebagai perusak nilai petuah ini mengandung peringatan agar seseorang mengenakan pakaian yang pantas ketika berhadapan dengan orang lain. Contohnya, ketika ada tamu atau ketika hendak bertamu, tidaklah patut apabila kita menemui mereka menggunakan pakaian olah raga, mengenakan pakaian yang biasa dipakai tidur, dan lain sebagainya. Prinsipnya, kenakanlah pakaian yang pantas agar dihargai oleh orang Arti kata bijak "Ajining Diri Soko Lathi Ajining Rogo Soko Busono artinya?" yang dapat kami sampaikan. Baca juga makna dan arti kata bijak Jawa menarik lainnya hanya di situs wwwsetyawara. tk 1 Widyasna Pustaka Modul MGMP basa Jawa SMA/SMK/MA Wonosobo Semester I - X Purwakaning Atur Awit saking kajurunging manah, kula cumanthaka ndhrk caw caw urun rembag babagan pamarsudining basa, sastra, tuwin aksara Jawa. Modul punika namung kangg ambantu para siswa anggnipun sami sinau basa Jawi, lan sakprangan modul W. Koko18 Februari 2022 0841Jawaban terverifikasiHalo, Huda, terimakasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab ya. Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah C. Kepribadian. Berikut ini penjelasannya “Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono". Artinya, harga diri seseorang dari lidahnya omongannya, dan harga diri badan dari pakaian. Dengan demikian, jawaban yang tepat seperti paparan di atas. Semoga membantu. WilujengRawuh wonten Blog Jiwa Jawi dening Oki Bagus S lan Ernis Rositarini
Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Rogo soko Busono Di postingan kali ini gue bakal menulis tentang salah satu pepatah Jawa yang sangat bagus untuk dipelajari. Bagi kalian yang orang Jawa pasti sudah tahu pepatah ini kan?? bagus lagi kalau kalian dapat memahami arti pepatah Jawa diatas. Bagi kalian yang belum paham dengan makna pepatah tersebut, gue bakal menjelaskannya. Pepatah ajining diri soko lathi terjemahannya adalah harga diri seseorang ditentukan oleh tutur katanya Lathi=lidah. Kebanyakan orang menilai orang lain lewat perkataan yang dikeluarkan dari mulutnya. Anggapan bahwa lidah lebih tajam daripada pedang bisa dibilang benar. Karena lidah dapat menyakiti seseorang lebih kejam daripada pedang. Kembali ke topik tutur kata, jika kita sering berkata kasar maka orang lain akan mengenal kita sebagai pribadi yang kasar. Jika tutur kata kita halus, baik, dan sopan maka orang lain akan menilai kita sebagai pribadi yang santun dan ramah. Pepatah ajining diri soko lathi mengajarkan kita untuk selalu menjaga setiap tutur kata kita. Jadi betapa besar dan pentingnya pengaruh ucapan kita terhadap kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dan pepatah ajining rogo soko busono memiliki arti penampilan seseorang ditentukan dari cara berpakaiannya. Penampilan dapat menunjukan karakter kita di mata orang lain. Jika kita melihat ada orang yang berpenampilan rapi maka kita beranggapan bahwa orang itu mencintai kebersihan dan kerapian, dan sebaliknya saat kita melihat ada orang yang berpakaian kusut dan berpenampilan kotor kita akan menilainya sebagai karakter yang kotor, malas, dan jorok. Pakaian juga dapat menunjukkan status sosial kita di masyarakat, dan bahkan secara tidak sadar pakaian di masyarakat dapat menimbulkan persepsi seseorang terhadap kita. Contoh seseorang berpakaian compang-camping = pengemis, seseorang berpakaian kemeja rapi, berdasi, dan berjas = orang kerja. Pepatah ini mengajarkan kita bahwa kita harus memperhatikan cara berpakaian kita di masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa pepatah ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono memberi pelajaran bagi kita untuk dapat menilai diri sendiri dn orang lain dengan memperhatikan setiap detail yang ada. Dan agar kita dapat diterima di masyarakat sebagai pribadi yang baik itu memang tidak mudah. Karena sering kali sesuatu yang kita anggap benar bisa saja salah di mata orang lain, dan yang orang lain anggap benar bisa saja kita beranggapan itu salah. Namun semua itu tergantung dari pribadi masing-masing. Kalian juga dapat memakai pepatah ini untuk pedoman kalian di masyarakat..... ^^ ^^
dalampepatah jawa dikenal "Ajining diri soko lathi" yang artinya sebagai manusia yang beradab, kita harus menggunakan bahasa dengan baik dan sopan, karena ucapan kita mencerminkan A. kekayaan B.Salah satu falsafah Jawa yang masih dijadikan patokan masyarakat Jawa yaitu “Ajining Diri Soko Lathi Ajining Rogo Soko Busono”. Tentunya pernah mendengar ungkapan falsafah ini kan? Terutama sahabat rahmania yang orang Jawa pasti tidak asing di telinga dengan kalimat ini. Dalam bahasa Indonesia falsafah ini mempunyai arti bahwasanya harga diri seseorang tergantung pada lidahnya dan harga diri badan dari pakaian. Falsafah ajining diri soko lathi berarti harga diri bisa sifat, kelakuan seseorang bisa dilihat dari bagaimana orang tersebut berbicara. Seringkali orang mendapat malapetaka karena tidak bisa menjaga bicaranya, misal bicara “ngawur” dan “sembrono”. Tetapi tak jarang juga kita mendapati keselamatan atau kemudahan karena menjaga lidah. Contohnya saja begini, ketika ada orang yang sering berbicara kasar, tidak sopan, maka orang lain dengan sendirinya akan menganggap diri anda cenderung negatif. Sebaliknya jika lidah anda dijaga dengan berbicara yang sopan, tentu orang lain akan melihat anda sebagai orang yang mempunyai citra positif. Unggah-Ungguh Bermedia Sosial Ketika dalam kehidupan bermasyarakat, lidah akan sangat mempunyai pengaruh. Ada cekcok antar tetangga, gosip sana sini, mengumpat, fitnah, bahkan bisa sampai senggol bacok. Antar teman saja bisa saling berantem lho, padahal hanya berawal dari guyonan saja. Banyak banget hal seperti itu terjadi. Akhirnya ada yang merasa sakit hati dan tersinggung. Apalagi di zaman serba canggih ini, ketajaman lidah tidak hanya kita temukan lagi cekcok orang berhadapan langsung, tetapi dalam media sosial. Saling sindir dan fitnah sekarang ini dikemas lebih modern, bahkan bisa dengan mudahnya seluruh manusia tahu dan menyaksikannya. Sampai-sampai diilustrasikan melalui beberapa film pendek yang menggambarkan keadaan di atas, contohnya film pendek yang akhir-akhir ini sedang viral yaitu film “Tilik”. Tentunya dalam bermedia sosialpun juga harus memperhatikan unggah-ungguh ya sahabat rahmania. Bermedia sosial dengan bijak menjadikan falsafah ajining diri soko lathi dalam masyarakat Jawa sangat menjadi tolak ukur dalam menilai harga diri seseorang. Sopan santun, unggah-ungguh adalah suatu hal yang harus diterapkan baik kaum muda maupun tua. Maka berpikirlah sebelum berucap. Kita pernah merasakan luka karena tajamnya mata pisau, selang beberapa hari luka akan menutup dan sembuh. Tapi luka karena tajamnya lidah, maka akan membekas pada perasaan orang tersebut, dan sembuhnya tidaklah sebentar. Penampilanmu Cerminan Harga Dirimu Ajining rogo soko busono, bahwasanya penampilan kita juga mencerminkan harga diri kita. Coba perhatikan sekitar kita, tentunya pernah tidak melihat seseorang yang memakai baju kumal alias tidak disetrika? Pasti gumam dalam hati adalah idih ngurus pakaiannya sendiri aja malas, gak tertib banget sih. Pokoknya gak enak banget dipandang. Sejatinya pakaian yang menempel di tubuh kita mewakili harga diri kita, meskipun tidak sepenuhnya. Jika memakai pakaian dengan rapi, tertib, wangi tentu akan menciptakan kesan yang postif. Begitupun sebaliknya. Karena orang lain atau orang yang baru saling mengenal pasti akan menggambarkan kepribadian seseorang sesuai dengan apa yang melekat padanya. Sebenarnya untuk terlihat cantik dan menawan, utamanya kita menjaga dua hal tersebut sangat cukup yaitu tutur kata yang baik dan sopan, serta berpenampilan yang rapih dan tertib. Sederhana saja, tidak perlu sepatu, baju, dan tas dengan harga yang melambung tinggi jika ujung-ujungnya ketika berbicara hanya akan menyakiti orang lain. Tetap saja orang lain tidak akan suka. Benar tidak? Tentunya kita lebih nyaman bersanding dengan orang yang dapat menjaga perkataanya. Jika kita bisa menjaga dua poin penting di atas maka tidak perlu meminta untuk dihargai orang lain, mereka dengan sendirinya akan menghargai kita. Dalam dunia falsafah ini, orang dihargai karena pakaiannya sangat mungkin benar walaupun belum tentu benar juga. Seseorang yang berpakaian rapi dan jas berdasi akan disangka orang terhormat, walau kadang bisa saja seorang penipu atau koruptor. Penampilan memang menunjukan kepribadian tapi tidak selamannya sesuai dengan kepribadiannya yang sebenarnya juga. Tidak perlu berlebihan aja dalam menilai seseorang, karena penilaian kita juga belum tentu tepat dan jangan sampai ujungnya akan berakhir menjadi ajang pergunjingan. Kuncinya Adalah Iman Islam sebagai agama yang memberikan rahmat bagi seluruh alam menggambarkan sempurnanya iman bisa di lihat berdasarkan ketaqwaannya. Allah menilai seseorang dari ketaqwanya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman inna aqromakum indallahi atqokum. Sesungguhnya yang lebih mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa. Bukan hanya dari falsafah Jawa ini saja, Islam pun juga menganjurkan untuk seluruh umatnya senantiasa menjaga perkataanya dan berpakaian yang indah. Jika tidak bisa berkata baik, Islam menganjurkan lebih baik diam saja daripada ujung-ujungnya bikin sakit hati orang lain. Selain itu Islam juga menganjurkan untuk hidup rukun dan saling menghormati tidak saling berperang, meggunjing, dan juga saling memfitnah. Allah itu indah dan menyukai keindahan, maka dengan itu Islam menganjurkan untuk memperindah diri kita supaya Allah semakin mencintai hambanya. Indah tidak hanya pada penampilan, tetapi dimulai dari sucinya pikiran, murninya perkataan, tulusnya hati serta baiknya perbuatan. Pada akhirnya akan menyatu dalam bingkai indahnya iman. Editor Laeli Lahir di Kulon Progo pada 27 November 1998, motto hidupnya adalah Inna ma’al usri yusro wa inna ma’al usri yusro..